Kamis, 11 Juni 2009

Momentum Kemenangan

Aku akan duduk di sebuah tempat yang tidak kuberikan sedikitpun tempat untuk syaitan. (Umar bin Abdul Aziz)


Momentum adalah waktu dan kesempatan untuk meraih sukses. Dan Allah tidak main-main dengan masalah waktu. Satu surat dalam Al-Qur’an khusus diturunkan ke dunia berbicara tentang masalah waktu. Dalam menafsirkan surat ini (Al-Ashr) Imam Syafii pernah menggambvarkan bahwa, “Seandainya Al-Qur’an yang 30 juz itu tidak diturunkan, maka Allah cukup menggantinya dengan menurunkan surat Al-Ashr ini.”

Ada 4 golongan yang oleh Allah akan dijamin termasuk kelompok orang-orang yang tidak pernah rugi.

1. Orang yang dalam hatinya dipenuhi keimanan kepada Allah.

2. Orang yang dalam aktifitasnya senantiasa berada dalam lingkaran amal sholeh

3. Orang yang mau meneriakkan kebenaran sebagai peringatan atau nasihat kepada manusia lalai.

4. Orang yang mau menasihati dalam kesabaran di tengah hiruk pikuknya kehidupan manusia.

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah pernah bersabda, “Ada dua nikmat, dimana banyak orang tertipu dengan keduanya; dia adalah nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhori dari Ibnu Abbas).

Berhitung tentang hidup, sesungguhnya Allah memberikan kesempatan hidup yang sama bagi manusia. Di belahan bumi manapun, semua manusia dikaruniai waktu yang sama. 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu dan seterusnya silakan dihitung sendiri. Dan rata-rata kita tidur 8 jam sehari. Baying kan kalau usia kita 60 tahun, berarti kita tidur selama 20 tahun. Na’udzubillahi min dzalik.

Mari kita merenungkan apa saja yang tidak pernah kita dapatkan kembali:

1. Kata yang terlanjur diucapkan

2. Waktu yang telah terlewatkan

3. Momentum yang telah terabaikan

Maka jangan pernah kehilangan Momentum, kapanpun dan dimanapun.

Bersambung…..

Rabu, 06 Mei 2009

CEBOL NGGAYUH REMBULAN

“Man jadda wajada, Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan tercapai setiap yang diusahakannya.”


Sebagian dari anda mungkin pernah mendengar kalimat yang saya pakai untuk judul di atas. Tetapi bisa jadi baru sekali ini mendengar. Ungkapan ini sering terdengar di kalangan masyarakat jawa untuk memberikan justifikasi kepada seorang yang –menurut kebanyakan orang- tidak memiliki potensi dan tidak memiliki kompetensi yang memadai, namun memiliki cita-cita yang luar biasa. 
Cebol artinya si pendek. Nggayuh artinya keingi-nan untuk memiliki. Dan Rembulan adalah Bulan. Jangankan seorang yang pendek, orang yang tingginya di atas rata-rata pun tidak mungkin akan dapat mencapai bulan jika tanpa dibantu pesawat ruang angkasa. Demikian juga  si pendek tadi bila dibantuk dengan pesawat ruang angkasa yang canggih dia bisa juga sampai di bulan.
Ilustrasi tadi memberikan gambaran bagi kita bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih cita-cita. Caranya bagaimana? Menurut sorang motifator ulung Andreas Hareva, bahwa untukj merealisasikan cita-cita salah satunya adalah dengan membuat cita-cita tadi menjadi terlihat nyata. Salah satu caranya dengan memvisualisasikan. Bisa dengan Gambar, foto, lukisan atau dengan media yang lain.
Bila telah tervisualisasi, maka setiap pagi dan sore tatap gambar tersebut samapai masuk dan di rekam oleh otak bawah sadar kita. Nah otak bawah sadar kita akan memproses terjadinya refleks atau reaksi setelah diisi oleh suatu fisualisasi. Efek selanjutnya adalah akan berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita.
Salah satu contoh, bila kita bercita-cita menjadi orang kaya, dengan menmfisualisasikan salah satu simbol orang kaya –misalnya mobil dan kerja keras- maka karakter kita, sikap kita akan bertubah dari seorang yang berkarakter miskin dan pemalas akan menjadi orang yang berkarakter rajin dan kaya, paling tidak semangatnya.
Maka fisualisasi dari cita-cita selain dapat memberikan arah terhadap cita-cita tersebut juga bisa membangkitkan semnagat untuk bekerja dan berjuangh lebih keras lagi.

Kerja Keras Tanpa Batas

“Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan bekerjalahuntuk akhiratmu, seakan-akan besok kau akan mati. (Al-Hadits)

Ketika menikah, Rasulullah memberikan Khadijah ra. 20 ekor unta sebagai mahar. Bisa kita hitung berapa duit harga 20 ekor unta tersebut. Katakanlah setiap ekornya seharga 6 juta, maka sudah 120 juta hanya untuk mahar saja.
Itu artinya betapa kaya Rasulullah saat itu. Bedakan dengan kita saat ini, berapa duit yang sudah kita kumpulkan di usia kita yang mungkin sama dengan rasulullah saat menikah. 25 tahun! Berapa tabungan yang kita miliki. Apa kendaraan yang kita naiki setiap hari. Jauh, sangat jauh sekali.
Namun, Rasulullah mendapatkan itu semua tidak sekonyng-konyong. Tetapi dengan KERJA KERAS. Umur 8 tahun, Rasulullah sudah sering melakukan perjalanan bisnis ke negara-negara tetangga. Walaupun keberangkatannya bersama dengan pamannya, tetapi Rasulullah tidak pernah menyu-sahkan pemannya. Sudah bisa MANDIRI. Sejak saat itulah kekayaan Muhammad bertambah tahun bertambah pesat.
Keadaan itulah yang menyebabkan Khodijah –seorang janda sekaligus pengusaha yang berhasil- jatuh hati dan memintanya untuk menjadi suami sekaligus menjadi manajer di perusahaan yang dimilikinya.
Bagaimana menurut Anda, apakah menjadi kaya di usia muda itu mustahil? Tidak. Paling tidak Rasulullah telah membuktikannya. Dan sekarang kita dapatkan banyak pengusaha-pengusaha sukses di usia muda. Memang kalau mau jujur di usia mudalah segala potensi bisa kita kerahkan untuk mencapai kesuksesan. Segala idealisme kita peras untuk wujudnya sebuah kesuksesan. Dan ternyata menjadi kaya di usia muda itu jauh lebih menyenangkan. 
Tetapi ingat, kaya bukan berarti materialis. Sedikit-sedikit uang, sedikit-sedikit komisi, sedikit-sedikit jasa, bukan itu maksudnya. Kaya di sini berarti bisa berguna, bisa membantu dan meringankan beban sesama. Kaya sejati adalah bila orang disekitarnya ikut merasakan, menikmati kekayaan yang dimilikinya.

Benarkah simbol kekayaan adalah Uang?

Belajar tentang Uang. Sejak kecil semua orang sudah kenal dengan benda yang bernama uang. Namun, kenal bukan berarti faham atau mengerti. Buktinya banyak orang bekerja keras mencari uang, melakukan apa saja demi, uang. Hampir pasti kebanyakan orang mengukur kekayaan dan keberhasilan seseorang dari kepemilikiannya terhadap uang.
Benarkah demikian? Robert T Kyosaki dalam bukunya Rich Dad Poor Dad memberikan kerangka berfikir yang benar tentang uang. Hampir semua orang kaya, tidak bekerja untuk mencari uang. Tetapi dia melakukan aktifitas yang memaksa uang bekerja pada manusia. Anda mau? Mari bersama-sama mencoba.

MENGHANCURKAN BELENGGU KEMALASAN

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan
dari sifat pengecut dan kebakhilan, dari tekanan hutang
dan kesewenang-wenangan.”


Tidak banyak manusia yang bisa mengatasi rasa malas. Tidak juga kita. Malas menjadikan manusia mencari seribu alasan untuk lari dari kesungguhan. Malas menjadikan manusia tertunda mendapatkan puncak keberhasilan. Malas juga yang menyebabkan manusia terhindar dari limpahan nikmat dan karunia.
Siapa yang tak pernah terhinggapi rasa malas? Saya rasa semua manusia pernah dihinggapinya. Namun setiap yang dihinggapi rasa malas itu memiliki ragam dalam menyikapinya.  
Kemalasan juga hanya akan berakibat menum-puknya persoalan hidup. Karena malas sering meng-halangi manusia dari memperoleh kebaikan.
Banyak nasihat yang telah terabadikan. Pesan suci seorang kekasih Allah Muhammad. Ada nasehat beliau tentang orang yang akan ditinggalkan rejeki. Mereka adalah yang kembali tidur setelah sholat subuh. Terasa nikmat memang, tidur sehabis subuh. Namun akan berakibat fatal karena setelah itu badan akan terasa berat untuk melakukan aktifitas harian.
Coba kita rasakan bedanya antara beraktifitas sepagi mungkin dengan beraktifitas dengan jeda tidur dulu habis subuh. Jauh, jauh sekali bedanya. Kita yang terbiasa tidur habis subuh akan mendapati tubuh kita lemah dan loyo. Bayang-bayang tidur akan terngiang sepanjang hari. Tetapi sebaliknya bagi kita yang habis subuh langsung beraktifitas, akan terasa segar dan ringan pada tubuh kita. Apalagi ditambah dengan sholat dhuha sebelum berangkat beraktifitas. Luar biasa!

Jangan ditunda sebelum lupa

Malas bisa jadi juga terjadi karena seringnya menunda pekerjaan yang seharusnya bisa kita kerjakan pada saatnya. Namun, karena mungkin sudah terlalu terbiasa menunda pekerjaan, maka sudah terbiasa pula hidup dalam kemalasan. Padahal semau tahu, menunda pekerjaan adalah bagian dari kemalasan dan jauh dari kemanfaatan.
“Sebagian tanda-tanda dari baiknya iman seseorang, adalah mau meninggalkan hal-hal yang tidak memiliki nilai kemanfaatan.” (HR. Musalim).
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (QS. Al-Insyirah[94]:7).
Hadits dan ayat disini bukan hanya untuk dalil-dalilan, namun paling tidak dapat memberikan kita banyak inspisari untuk berubah ke arah lebih baik.
Maka mulai saat ini harus telah tertanam niat yang kuat dari diri kita untuk berbuat tanpa menunda. Berbuat apa? KEBAIKAN! Serang juga. Menundanya hanya akan mendatangkan persoalan baru, lebih lagi kalo kita lupa bahwa kita memang harus mengerjakan pekerjaan itu.
Kalau kita renungkan hadits dan ayat tadi mengandung dua hal yang sangat sinergi untuk mengefektifkan waktu seorang manusia. Sekali lagi manusia akan sangat efektif menggunakan waktunya bila dapat mengimplementasikan ayat dan hadits di atas. Mangapa? Karena ayat dan hadist itu mengandung dua makna sekaligus.
Manusia diseru untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari ketidak manfaatan dalam setiap waktunya.
Manusia dituntut melakukan kebaikan berikutnya dengan sungguh-sungguh setelah melakukan kebaikan.
Dua hal ini berpijak dari sifat manusia yang tidak akan pernah terhindar dari sifat salah dan lupa. Maka untuk menghindari kesalahan, manusia diperintahkan untuk menghindari setiap ketidakmanfaatan. Selalu! Karena sesuatu yang tidak bermanfaat biasanya akan menggiring pelakukanya ke arah yang lebih parah. Sedangkan untuk menghindari dari sifat lupa maka dituntut untuk melakukan kebaikan demi kebaikan dengan cara istimrar (terus-menerus) dan bersungguh-sungguh.

Selasa, 05 Mei 2009

TADHHIYYAH

upaya mengembalikan semangat pengorbanan anak bangsa

 

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin, diri, dan harta mereka, bahwasanya mereka mendapatkan balasan Surga.”(QS, At-Taubah: 111)

 

Rasulullah bersabda, ”Tidak ada amalan Bani Adam yang lebih dicintai Allah ketika Idul Adha selain menyembelih hewan kurban.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Aisyah ra) Penyembelihan hewan disini, sebagai simbolisasi pengorbanan (tadh-hiyyah) seorang hamba kepada Allah. Pengorbanan dalam arti seluas-luasnya, serta menunjukkan bahwa pengorbanan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Untuk itu memahami arti tadh-hiyyah menjadi penting agar kita tidak terjebak dalam pemahaman yang sempit.

 

Memaknai Tadhiyyah

 

Tadh-hiyah berasal dan kata Arab; dhahha  yudhahhi  tadh-hiyah. Karena demikian pentingnya, Imam Hasan Al Banna memasukkan tadh-hiyyah ke dalam salah satu arkanul baiah bagi anggota Al Ikhwan Al Muslimun, setelah rukun fahm, ikhlas, amal dan jihad.

Beliau berkata, “Yang saya maksud dengan pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan”.

Tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan. Demi fikrah kita janganlah engkau mempersempit pengorbanan, karena sungguh ia memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah. Barang siapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin, diri, dan harta mereka, bahwasanya mereka mendapatkan balasan Surga.”(QS, At-Taubah: 111)

“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir akan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. At-Taubah: 24).

Dengan demikian engkau mengetahui makna slogan abadimu,“Asy-Syahid Asma Amaniina” (Gugur di jalan Allah adalah setinggi-tinggi cita-cita kami).

Pengorbanan dan jihad merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, namun menurut Said Hawa, ada perbedaan antara jihad dan pengorbanan. Kadang-kadang keduanya seiring dan kadang-kadang pula saling menyempurnakan. Oleh karena itu imam Hasan Al Banna menjadikannya rukun tersendiri. Karena di tempat di mana dikumandangkan jihad, maka di sana ada pengorbanan. Dan jihad yang sempurna tidak akan terwujud kecuali dengan pengorbanan yang sempurna pula. 

Sungguh banyak kisah dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat menjadi bukti dan contoh tentang pengorbanan, baik dalam kisah orang-orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW, maupun kisah pengorbanan beliau dan sahabatnya dalam sirah, dan kisah-kisah perjuangan umat sesudahnya, atau kisah-kisah dalam sejarah pembebasan tanah air kita.

Perhatikan sejarah Nabi Nuh, 950 tahun waktunya dia korbankan untuk, menyeru kaumnya untuk berbakti dan beribadah kepada Allah, tapi tidak ada yang menghiraukan seruannya kecuali sedikit, bahkan istri dan putranya sendiri tidak beriman kepadanya.

Perhatikan pula kisah pengorbanan sahabat mulia Mush’ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda bangsawan Quraisy, gagah, ganteng, kaya dan terhormat, namun beliau mengorbankan semua kehormatannya di masa jahiliyah menuju kehormatan di masa Islam. walaupun harus berpisah dengan keluarganya. Bahkan ibu yang sangat mencintainya mengancam akan bunuh diri apabila putranya tetap memeluk agama Islam. Namun sang Mush’ab si pemuda ganteng dan parlente itu tetap memilih Islam, sehingga menemukan syahadah di perang Uhud. Saat itu beliau hanya rnemakai sehelai baju, yang sekaligus menjadi kafannya, yang apabila wajahnya ditutup maka kakinya tersingkap, dan apabila kakinya ditutup maka wajahnya terbuka. Karena dengan pengorbanan itulah Mush’ab menggapai cinta Tuhannya dan menghuni taman-taman Syurga serta diiringi oleh 70 bidadari.

Demikian pula kisah pengorbanan para pahlawan kita; Fatahillah, Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dien, Cik di Tiro, Sultan Hasanuddin, Adipati Yunus, Ir. Sukarno, Jenderal Sudirman, dan banyak lagi. Mereka telah dengan rela mengorbankan harta, jiwa, waktu, tenaga dan kebebasan mereka untuk membebaskan negeri ini dari cengkraman para imperialis. Tidak sedetikpun mereka berpikir bahwa perjuangan yang dilakukannya adalah untuk kepentingannya dan anak cucu mereka. Tetapi yang dipikirkannya adalah bagaimana negeri yang elok ini kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Yang mereka inginkan adalah bagaimana anak-anak negeri ini bisa tersenyum kembali.

Begitulah pengorbanan pelaku-pelaku sejarah kemanusiaan. Dan sejarah manusia masih akan berlangsung sampai hari kiamat. Sejarah akan selalu mencatat dan meminta para pelaku sejarah yang berani mengorbankan diri, harta, waktu dan segala yang ia memiliki dalam rangka mempertahankan kebenaran.

Nah dalam konteks kekinian, sungguh banyak di hadapan kita peluang untuk berkorban. Saat ini kebenaran telah didominasi oleh kejahatan, pelaku kebenaran jauh lebih sedikit dari jumlah pelaku kejahatan. Pelaku kebenaran jauh lebih lemah dari kekuatan yang dimiliki para pelaku kejahatan; kekuatan politik, ekonomi, fisik dan lain sebagainya ada di tangan mereka.

Tapi, jangan berkecil hati dulu! Karena sumber kekuatan mereka adalah sumber kekuatan kita juga, yaitu Allah SWT. Allah adalah kekuatan yang sesungguhnya. Dan Allah akan bersama kita,  apabila kita mengikuti jalan-jalan yang ditempuh para Nabi dan Rasul. Merebut kekuatan mereka, memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, hingga kebenaran memperoleh kemenangan, sedangkan kebatilan akan runtuh.  Walaupun dalam perjuangan itu banyak menghabiskan harta, terbunuhnya jiwa, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai Pahlawan bagi generasi-generasi yang akan datang. Di sisi lain Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.

 

Bagaimana Indonesia Kita?

 

Sesungguhnya Indonesia, negeri yang kita cintai ini, sedang terjebak dalam kekuasaan orang-orang yang tamak dan mementingkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya. Sedang terjebak di tangan orang-orang yang senantiasa melakukan hal-hal yang merugikan bangsa dan negara, untuk mencapai tujuan-tujuan sesaat mereka. (Menjual BUMN, membebaskan konglomerat hitam, membiarkan KKN, membuat rekayasa untuk menyudutkan umat Islam, menaikkan harga BBM (alhamdulillah harga Premium sekarang sedikit turun), TDL dan telepon, serta banyak lagi yang tidak dapat disebutkan semuanya.

Oleh karena itu, setiap kita wajib berjuang (berjihad), berkorban dengan sepenuh hati, mengorbankan segala yang kita miliki untuk menyelamatkan negeri dan bangsa ini. Tugas penyelamatan ini adalah dalam rangka menyelamatkan negeri dan umat Islam. Mengapa demikian? Jawabnya adalah; karena sesungguhnya, pemilik negeri dan bangsa ini adalah Anda, saya, saudara, keluarga, tetangga dan semua masyarakat kita. Termasuk di dalamnya adalah umat Islam. Wallahu a ‘lam.