upaya mengembalikan semangat pengorbanan anak bangsa
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin, diri, dan harta mereka, bahwasanya mereka mendapatkan balasan Surga.”(QS, At-Taubah: 111)
Rasulullah bersabda, ”Tidak ada amalan Bani Adam yang lebih dicintai Allah ketika Idul Adha selain menyembelih hewan kurban.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Aisyah ra) Penyembelihan hewan disini, sebagai simbolisasi pengorbanan (tadh-hiyyah) seorang hamba kepada Allah. Pengorbanan dalam arti seluas-luasnya, serta menunjukkan bahwa pengorbanan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Untuk itu memahami arti tadh-hiyyah menjadi penting agar kita tidak terjebak dalam pemahaman yang sempit.
Memaknai Tadhiyyah
Tadh-hiyah berasal dan kata Arab; dhahha ― yudhahhi ― tadh-hiyah. Karena demikian pentingnya, Imam Hasan Al Banna memasukkan tadh-hiyyah ke dalam salah satu arkanul baiah bagi anggota Al Ikhwan Al Muslimun, setelah rukun fahm, ikhlas, amal dan jihad.
Beliau berkata, “Yang saya maksud dengan pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan”.
Tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan. Demi fikrah kita janganlah engkau mempersempit pengorbanan, karena sungguh ia memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah. Barang siapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari kaum mukminin, diri, dan harta mereka, bahwasanya mereka mendapatkan balasan Surga.”(QS, At-Taubah: 111)
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir akan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal adalah lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. At-Taubah: 24).
Dengan demikian engkau mengetahui makna slogan abadimu,“Asy-Syahid Asma Amaniina” (Gugur di jalan Allah adalah setinggi-tinggi cita-cita kami).
Pengorbanan dan jihad merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, namun menurut Said Hawa, ada perbedaan antara jihad dan pengorbanan. Kadang-kadang keduanya seiring dan kadang-kadang pula saling menyempurnakan. Oleh karena itu imam Hasan Al Banna menjadikannya rukun tersendiri. Karena di tempat di mana dikumandangkan jihad, maka di sana ada pengorbanan. Dan jihad yang sempurna tidak akan terwujud kecuali dengan pengorbanan yang sempurna pula.
Sungguh banyak kisah dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat menjadi bukti dan contoh tentang pengorbanan, baik dalam kisah orang-orang terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW, maupun kisah pengorbanan beliau dan sahabatnya dalam sirah, dan kisah-kisah perjuangan umat sesudahnya, atau kisah-kisah dalam sejarah pembebasan tanah air kita.
Perhatikan sejarah Nabi Nuh, 950 tahun waktunya dia korbankan untuk, menyeru kaumnya untuk berbakti dan beribadah kepada Allah, tapi tidak ada yang menghiraukan seruannya kecuali sedikit, bahkan istri dan putranya sendiri tidak beriman kepadanya.
Perhatikan pula kisah pengorbanan sahabat mulia Mush’ab bin Umair. Ia adalah seorang pemuda bangsawan Quraisy, gagah, ganteng, kaya dan terhormat, namun beliau mengorbankan semua kehormatannya di masa jahiliyah menuju kehormatan di masa Islam. walaupun harus berpisah dengan keluarganya. Bahkan ibu yang sangat mencintainya mengancam akan bunuh diri apabila putranya tetap memeluk agama Islam. Namun sang Mush’ab si pemuda ganteng dan parlente itu tetap memilih Islam, sehingga menemukan syahadah di perang Uhud. Saat itu beliau hanya rnemakai sehelai baju, yang sekaligus menjadi kafannya, yang apabila wajahnya ditutup maka kakinya tersingkap, dan apabila kakinya ditutup maka wajahnya terbuka. Karena dengan pengorbanan itulah Mush’ab menggapai cinta Tuhannya dan menghuni taman-taman Syurga serta diiringi oleh 70 bidadari.
Demikian pula kisah pengorbanan para pahlawan kita; Fatahillah, Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dien, Cik di Tiro, Sultan Hasanuddin, Adipati Yunus, Ir. Sukarno, Jenderal Sudirman, dan banyak lagi. Mereka telah dengan rela mengorbankan harta, jiwa, waktu, tenaga dan kebebasan mereka untuk membebaskan negeri ini dari cengkraman para imperialis. Tidak sedetikpun mereka berpikir bahwa perjuangan yang dilakukannya adalah untuk kepentingannya dan anak cucu mereka. Tetapi yang dipikirkannya adalah bagaimana negeri yang elok ini kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Yang mereka inginkan adalah bagaimana anak-anak negeri ini bisa tersenyum kembali.
Begitulah pengorbanan pelaku-pelaku sejarah kemanusiaan. Dan sejarah manusia masih akan berlangsung sampai hari kiamat. Sejarah akan selalu mencatat dan meminta para pelaku sejarah yang berani mengorbankan diri, harta, waktu dan segala yang ia memiliki dalam rangka mempertahankan kebenaran.
Nah dalam konteks kekinian, sungguh banyak di hadapan kita peluang untuk berkorban. Saat ini kebenaran telah didominasi oleh kejahatan, pelaku kebenaran jauh lebih sedikit dari jumlah pelaku kejahatan. Pelaku kebenaran jauh lebih lemah dari kekuatan yang dimiliki para pelaku kejahatan; kekuatan politik, ekonomi, fisik dan lain sebagainya ada di tangan mereka.
Tapi, jangan berkecil hati dulu! Karena sumber kekuatan mereka adalah sumber kekuatan kita juga, yaitu Allah SWT. Allah adalah kekuatan yang sesungguhnya. Dan Allah akan bersama kita, apabila kita mengikuti jalan-jalan yang ditempuh para Nabi dan Rasul. Merebut kekuatan mereka, memperbanyak jumlah pelaku kebaikan, hingga kebenaran memperoleh kemenangan, sedangkan kebatilan akan runtuh. Walaupun dalam perjuangan itu banyak menghabiskan harta, terbunuhnya jiwa, tetapi sejarah kemanusiaan akan mencatatnya sebagai Pahlawan bagi generasi-generasi yang akan datang. Di sisi lain Allah akan memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Bagaimana Indonesia Kita?
Sesungguhnya Indonesia, negeri yang kita cintai ini, sedang terjebak dalam kekuasaan orang-orang yang tamak dan mementingkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya. Sedang terjebak di tangan orang-orang yang senantiasa melakukan hal-hal yang merugikan bangsa dan negara, untuk mencapai tujuan-tujuan sesaat mereka. (Menjual BUMN, membebaskan konglomerat hitam, membiarkan KKN, membuat rekayasa untuk menyudutkan umat Islam, menaikkan harga BBM (alhamdulillah harga Premium sekarang sedikit turun), TDL dan telepon, serta banyak lagi yang tidak dapat disebutkan semuanya.
Oleh karena itu, setiap kita wajib berjuang (berjihad), berkorban dengan sepenuh hati, mengorbankan segala yang kita miliki untuk menyelamatkan negeri dan bangsa ini. Tugas penyelamatan ini adalah dalam rangka menyelamatkan negeri dan umat Islam. Mengapa demikian? Jawabnya adalah; karena sesungguhnya, pemilik negeri dan bangsa ini adalah Anda, saya, saudara, keluarga, tetangga dan semua masyarakat kita. Termasuk di dalamnya adalah umat Islam. Wallahu a ‘lam.