Rabu, 06 Mei 2009

MENGHANCURKAN BELENGGU KEMALASAN

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan
dari sifat pengecut dan kebakhilan, dari tekanan hutang
dan kesewenang-wenangan.”


Tidak banyak manusia yang bisa mengatasi rasa malas. Tidak juga kita. Malas menjadikan manusia mencari seribu alasan untuk lari dari kesungguhan. Malas menjadikan manusia tertunda mendapatkan puncak keberhasilan. Malas juga yang menyebabkan manusia terhindar dari limpahan nikmat dan karunia.
Siapa yang tak pernah terhinggapi rasa malas? Saya rasa semua manusia pernah dihinggapinya. Namun setiap yang dihinggapi rasa malas itu memiliki ragam dalam menyikapinya.  
Kemalasan juga hanya akan berakibat menum-puknya persoalan hidup. Karena malas sering meng-halangi manusia dari memperoleh kebaikan.
Banyak nasihat yang telah terabadikan. Pesan suci seorang kekasih Allah Muhammad. Ada nasehat beliau tentang orang yang akan ditinggalkan rejeki. Mereka adalah yang kembali tidur setelah sholat subuh. Terasa nikmat memang, tidur sehabis subuh. Namun akan berakibat fatal karena setelah itu badan akan terasa berat untuk melakukan aktifitas harian.
Coba kita rasakan bedanya antara beraktifitas sepagi mungkin dengan beraktifitas dengan jeda tidur dulu habis subuh. Jauh, jauh sekali bedanya. Kita yang terbiasa tidur habis subuh akan mendapati tubuh kita lemah dan loyo. Bayang-bayang tidur akan terngiang sepanjang hari. Tetapi sebaliknya bagi kita yang habis subuh langsung beraktifitas, akan terasa segar dan ringan pada tubuh kita. Apalagi ditambah dengan sholat dhuha sebelum berangkat beraktifitas. Luar biasa!

Jangan ditunda sebelum lupa

Malas bisa jadi juga terjadi karena seringnya menunda pekerjaan yang seharusnya bisa kita kerjakan pada saatnya. Namun, karena mungkin sudah terlalu terbiasa menunda pekerjaan, maka sudah terbiasa pula hidup dalam kemalasan. Padahal semau tahu, menunda pekerjaan adalah bagian dari kemalasan dan jauh dari kemanfaatan.
“Sebagian tanda-tanda dari baiknya iman seseorang, adalah mau meninggalkan hal-hal yang tidak memiliki nilai kemanfaatan.” (HR. Musalim).
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (QS. Al-Insyirah[94]:7).
Hadits dan ayat disini bukan hanya untuk dalil-dalilan, namun paling tidak dapat memberikan kita banyak inspisari untuk berubah ke arah lebih baik.
Maka mulai saat ini harus telah tertanam niat yang kuat dari diri kita untuk berbuat tanpa menunda. Berbuat apa? KEBAIKAN! Serang juga. Menundanya hanya akan mendatangkan persoalan baru, lebih lagi kalo kita lupa bahwa kita memang harus mengerjakan pekerjaan itu.
Kalau kita renungkan hadits dan ayat tadi mengandung dua hal yang sangat sinergi untuk mengefektifkan waktu seorang manusia. Sekali lagi manusia akan sangat efektif menggunakan waktunya bila dapat mengimplementasikan ayat dan hadits di atas. Mangapa? Karena ayat dan hadist itu mengandung dua makna sekaligus.
Manusia diseru untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari ketidak manfaatan dalam setiap waktunya.
Manusia dituntut melakukan kebaikan berikutnya dengan sungguh-sungguh setelah melakukan kebaikan.
Dua hal ini berpijak dari sifat manusia yang tidak akan pernah terhindar dari sifat salah dan lupa. Maka untuk menghindari kesalahan, manusia diperintahkan untuk menghindari setiap ketidakmanfaatan. Selalu! Karena sesuatu yang tidak bermanfaat biasanya akan menggiring pelakukanya ke arah yang lebih parah. Sedangkan untuk menghindari dari sifat lupa maka dituntut untuk melakukan kebaikan demi kebaikan dengan cara istimrar (terus-menerus) dan bersungguh-sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar