Jumat, 13 Mei 2011

SERI KEBIASAAN YANG BISA MENGHADIRKAN KEKAYAAN_01

SILATURAHIM

Dalam bahasa bisnis dikenal dengan istilah Networking. Ibarat nelayan yang menebar jala saat mencari ikan, silaturahim juga bisa dikatakan menyebar rahmat dan kedamaian. Tentunya bagi sanak sodara dan handai tolan yang tidak mungkin kita lupakan. Jala nelayan yang ditebar tidak boleh putus, jika menginginkan hasil tangkapan yang baik, demikian juga silaturahim tidak boleh putus, jika menginginkan hadirnya janji Allah dan Rasul-Nya “dipanjangkan umurnya dan dilimpahkan rejekinya”.

Mengapa silaturahim bisa memperpanjang usia? Sebenarnya silaturahim ‘hanya’ memperpanjang dan memperluas titik sentuh produk yang kita miliki kepada orang lain. Persepsi panjang usia mungkin bisa diartikan, “seandainya tanpa silaturahim produk kita dalam satu hari hanya dikenal oleh satu orang, maka dengan silaturahim bisa jadi produk kita dikenal oleh lebih dari 7 orang. Analoginya 1 hari jika tanpa silaturahim menjadi 7 hari dengan silaturahim.” Jadi hal ini adalah masalah kualitas waktu yang kita miliki.

Mengapa silaturahim bisa melimpahkan rejeki? Kembali lagi makna dari silaturahim adalah menyambung, tidak memutus. Sehingga seluruh buyer maupun customer akan senantiasa tersambung dengan kita. Produk yang kita miliki menjadi bagian dari memori bawah sadar mereka, ditambah dengan kedekatan emosional kita, maka akan memunculkan satu potensi reapeat order yang luar biasa.

Silaturahim juga dapat diartikan secara bebas dengan “mengalirkan yang tergenang”. Berkebalikan dengan menabung. Jika kita menginginkan aliran rejeki kita bertambah besar, maka dengan silaturahim kita membiarkan orang lain menerima aliran dari kita. Saat kita membagikan yang kita punya, justru yang kita bagikan itulah yang hakikinya masih tersisa. Bahkan akan mengundang ‘teman-temannya” datang kepada kita. Pernah ingat kata-kata bijak orang jawa? “Rejeki kuwi bakal nggoleki Kancane”, rejeki itu akan mencari teman untuk diajak berkumpul.

Betapa kemodernan jaman sekarang ini telah menggilas kebiasaan sederhana yang berimplikasi besar ini. Manusia satu dengan yang lain tidak pernah terjadi saling kontak dan saling sapa kecuali dibelakangnya ada kepentingan duniawi semata. Padahal, sekadar tegur, sekadar sapa atau sekadar senyuman akan dapat mengikat dua hati orang yang melakukannya. Sekadar meluangkan waktu berkunjung, mungkin sambil ngobrol ditemani secangkir teh, atau sepotong pisang goreng. Namun hal itu sudah tergilas oleh kebiasaan-kebiasaan membuat janji ketemu di hotel-hotel, coffe, lounge atau sejenisnya.

Sekadar obrolan ringan, bisa jadi menjadi uang muka dari hubungan bisnis yang akan terjadi selanjutnya. Jadi jangan remehkan silaturahim. Ada beberapa tips untuk menambah jaringan silaturahim:

  1. Mulailah dengan bertukar kartu nama. Kartu nama, sederhana tetapi penting! Tanpa harus berbusa-busa, tanpa harus berkata-kata, kartu nama menjelaskan segalanya tentang anda dan bisnis anda. Maka milikilah Kartu nama muai sekarang dan kemanapun pergi bawalah
  2. Sempatkan menghadiri undangan reuni. Bukan untuk membuang waktu, tetapi mengungkit kembali keakraban di masa lalu untuk kita implementasikan di masa sekarang. Dulu mungkin kita pernah akrab dengan teman kita yang sama-sama tidak memiliki apa-apa, tetapi saat ini mungkin temen akrab kita dahulu, sekarang ini memiliki peluang bisnis yang sedang kita usahakan. Bisa Jadi!
  3. Biasakan mengagendakan bertemu seseorang bukan dalam rangka bisnis, tetapi pure semata-mata ingin bertemu. Ini akan membuat pembicaraan kita cair dan bisa memasuki semua tema yang kita inginkan. Bahkan dengan suasana cair tersebut bisa melahirkan gagasan-gagasan besar. Jangan sampai terjadi kecanggungan. Belum apa-apa sudah berpikir akan menjadikan teman kita sumber penghasilan yang melimpah, atau sebaliknya belum apa-apa sudah mencurigai teman kita menjadi pesaing kita.
  4. Manfaatkan fasilitas jejaring sosial.
  5. Perkuat konsep silaturahim adalah ajang saling membantu, bukan saling memanfaatkan.

Bersambung......

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar